Rabu, 29 November 2017

Kisah Si Cabe Hias

Kebiasaan tanam cabe disamping rumah sudah berlangsung lama. Jika diingat di masa kecil dulu sudah sering diminta petikin cabe jika mau memasak yang pedas-pedas. Nah, berarti cabe sudah lama jadi tanaman di "home garden". Tetapi sejak kapan cabe hias itu muncul?

Konon, bertahun-tahun yang lalu telah dikenal beraneka tanaman hias. Pada umumnya yang dikenal dengan tanaman hias adalah tanaman bunga-bunga-an. Tetapi semenjak sayuran dikenal bisa dijadikan hiasan di home garden. Maka, jenis tanaman hias yang ditanampun menjadi berkembang. Semula hanya menanam cabe rawit biasa yaitu jenis Capsicum annuum. Kemudian muncul jenis cabe yang berpenampilan menarik sehingga cocok menjadi hiasan. Kemudian dikenal yang namanya cabe hias. Kira-kira kapan itu terjadi? Tepatnya adalah bersamaan dengan dikenalkannya menanam sayuran di polibag. Kapan itu terjadi? Nantikan kisahnya pada kesempatan yang lain. Sabar ya...

Dari catatan koleksi, sekarang ini ada lebih dari 50 jenis cabe di dunia ini yang bisa masuk sebagai cabe hias. Jumlahnya lumayan juga ya...

Kisah ini dituturkan oleh : Pangeran Pancasari

Rabu, 08 November 2017

The Wall is Benteng?

Banyak peninggalan bersejarah yang namanya "benteng" di negeri ini. Pada hakekatnya "benteng" adalah pagar pelindung. Darimanakah asalnya? Ada yang menduga dari campuran pasir dan semen. Ya, benar juga!!!

Sebenarnya dunia luar tak mengenal istilah "benteng", "pagar", "pager" terlebih lagi "bethek. Istilah-istilah tersebut baru bisa dijumpai jika berkunjung ke Indonesia, tepatnya di Pulau Jawa. Dunia luar mengenal semua istilah tersebut dengan satu nama yaitu "dinding"!!! Lho ada yang bilang namanya "tembok"? Seperti itu ya?

Jepang sangat mahir urusan pertahanan dengan teknik "dungsir-dungsir" alias seni melobang dalam tanah. Kreasi tersebut merupakan bagian dari bangunan pertahanan meski tak disebut sebagai dinding. Di Cina yang dikenal adalah The Great Wall of China. Di Jerman terkenal dengan namanya "Berliner Mauer". Dalam cerita Yajuj dan Ma'juj-pun konon dibuatkan dinding yang tinggi oleh Iskandar Dzulqarnain.  "Benteng Vredeburg"-pun dulu dikenalnya sebagai "Kantor Kompeni" alias "Loji Gedhe".

Mungkin tak percaya, jika istilah ini terkait dengan "strategi perang". Strategi perang yang namanya "Pertahanan Stelsel"! Maaf jika ditulis dengan istilah tersebut. Meski istilah yang biasa digunakan adalah "Benteng Stelsel". Dalam "Perang Diponegoro" tersebutlah istilah "benteng" mulai dikenal. Namun jika istilah itu dikatakan langsung dihadapan Jenderal De Cock, bisa jadi akan langsung ditembak. 

Kenapa istilah benteng ini menjadi terkenal?

"Perang Diponegoro" merupakan perang yang fenomenal. Konon, ceritanya Pangeran Diponegoro atau Api Perlawanan di Jawa dapat dipadamkan dengan yang namanya "Benteng Stelsel". Fantastis-nya pihak "kompeni (bangsa asing)" dalam perang itu mengalami kekalahan terbesar. Konon, belum bangkrut tetapi hanya menanggung utang yang besar saja. Namun, "The Prince of Java" dapat dikalahkan dengan taktik yang namanya "Benteng Stelsel". Fenomena tersebutlah yang menjadikan istilah "benteng" kemudian menyebar ke penjuru dunia. 

Sejak saat itu dunia kemudian mengenal istilah yang namanya "benteng". Sebagian yang dikenal dengan nama "The Wall" disebut sebagai "Benteng". 

Darimanakah "benteng" berasal? Sudah diduga itu dari campuran pasir dan semen. 

Dikutip dari : Buku Ma Ga Ba Tha Nga, Katumaya, Pangeran Pancasari, 2008



Minggu, 05 November 2017

Pagar Hidup Teh-tehan

Pada tulisan yang lain telah dituliskan bahwa "pagar" yang namanya "bethek" diduga telah punah. Meskipun "bethek" itulah yang kemudian dikenal dengan nama "pagar". "Pagar" dalam Bahasa Jawa, khususnya di Yogyakarta dikenal dengan nama "pager". Dalam adaptasinya, barangkali dulu yang nulis adalah Van O.. Maklum wong londo (Orang luar) jadi pengucapannya menjadi "pagar". Ejaannyapun juga demikian. 

Pagar atau "pager" yang disebut "bethek" itu yang berbahan bambu dan kayu. Memasuki pertengahan tahun 80-an ada pemikiran baru tentang "pagar". Tidak lagi sekedar pembatas pekarangan, tetapi dimasukkan fungsi lain. Fungsi lain tersebut adalah menghijaukan suasana, sehingga lingkungan lebih segar dan asri. Munculah "pagar" dari tanaman hidup. Tanaman yang biasa digunakan adalah tanaman teh-tehan. Pagar tersebut dikenal dengan "pagar hidup". "Pagar hidup" ini menjadi ngetrend di Tahun 90-an.


Selain beberapa fungsi yang telah disebutkan, "pagar hidup" dirasakan lebih praktis karena relatif tahan. Berbeda dengan "bethek", bahan yang digunakan harus diganti secara berkala. Biasanya bahan yang sudah tidak dapat digunakan dijadikan kayu bakar. Maklum saat itu diperkampungan, kompor minyak tanah belum dikenal. Dengan beberapa pertimbangan tersebut, lambat laun "bethek" tergantikan dengan "pagar hidup". Sampai saat ini, di daerah-daerah masih bisa dijumpai sisa-sisa peninggalan "pagar hidup" ini.

Selamat berwisata sejarah, menyaksikan "situs pagar hidup" didepan rumah anda!!! 

Dikutip dari : Buku "Ma Ga Ba Tha Nga", Katumaya, Pangeran Pancasari, 2008.





Kisah Si Cabe Hias

Kebiasaan tanam cabe disamping rumah sudah berlangsung lama. Jika diingat di masa kecil dulu sudah sering diminta petikin cabe jika mau ...